Perjalanan Panjang Rakyat Banten”: Pengamat Sebut Aksi 10 November di Tugu Mauk Adalah Ikrar Petani, Buruh, dan Nelayan Melawan Kedzoliman

Berita66 Dilihat
banner 468x60

INEWSFAKTA.COM | Kabupaten ​Tangerang –  Momentum Aksi Massa pada Hari Pahlawan di Tugu Mauk, Kabupaten Tangerang, pada hari Senin pas tanggal 10 November 2025 penuh polemik dan opini seakan akan aksi besok adalah aksi “menakutkan” tetapi aksi besok diwarnai dengan Aksi Tapak Tilas Sejarah yang mendapat sorotan mendalam dari Pengamat Sosial Lingkungan, Jumadil Qubro.

Aksi massa yang mengambil Tugu Mauk sebagai titik kumpul ini dinilai bukan hanya sekadar mengenang, tetapi sebagai rekonsiliasi sejarah atas peran sentral rakyat Banten dari lapisan bawah.

banner 336x280

​Jumadil Qubro, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa Tapak Tilas di Mauk ini merepresentasikan “perjalanan panjang bangsa dan Rakyat Banten dalam membela tanah airnya dari semua kedzoliman penguasa.” Ia menekankan bahwa Mauk, yang juga menjadi saksi bisu peristiwa heroik pada masa revolusi, adalah cerminan dari semangat perlawanan yang abadi.

​Ikrar Sejati dari Rakyat Bawah

​Menurut Jumadil Qubro, inti dari perjuangan di Banten adalah ikrar kolektif yang telah dipegang teguh selama berabad-abad oleh kelompok masyarakat akar rumput.

​”Di sini Rakyat Banten Berikrar, Petani, Buruh dan Nelayan sejak berabad-abad lamanya. Perjuangan itu bukan hanya milik elite, tapi murni milik rakyat yang menggantungkan hidupnya pada tanah dan laut. Mereka adalah tulang punggung sejarah perlawanan di wilayah ini,” tegas Jumadil Qubro.

​Ia mengaitkan sejarah perlawanan para petani, buruh, dan nelayan yang sering kali menjadi korban pertama dari ketidakadilan, baik di masa kolonial maupun pasca kemerdekaan, dengan tujuan aksi massa hari ini. Aksi di Tugu Mauk, yang dibangun salah satunya untuk mengenang jasa pahlawan seperti Otto Iskandardinata yang gugur di Mauk, menjadi pengingat bahwa wilayah ini adalah palagan penting.

​Peringatan Keras: Bahaya Melupakan Sejarah

Jumadil ​Qubro menutup pernyataannya dengan memberikan peringatan keras kepada seluruh elemen bangsa, terutama para pengambil kebijakan.
​ “Jika kita lupa dengan sejarah, maka kita akan tenggelam dan binasa. Melupakan jejak pengorbanan rakyat kecil adalah bentuk kedzoliman baru,” imbuhnya, menekankan bahwa peringatan 10 November harus dijadikan momentum untuk introspeksi, memastikan bahwa semangat keadilan sosial dari para pejuang terdahulu benar-benar terwujud.

​Aksi di Tugu Mauk ini diharapkan menjadi dorongan bagi pemerintah daerah dan pusat untuk lebih memperhatikan dan menyelesaikan isu-isu mendasar yang masih dihadapi oleh petani, buruh, dan nelayan di Banten, sebagai wujud nyata penghargaan terhadap “Sumbu Api Perjuangan” yang telah mereka jaga.

Jadikan Ikrar di Tugu Mauk sebagai Simbol ” Kita Tidak meninggalkan sejarah”

Red/Hariri

banner 336x280

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *